Pencarian


 

KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA






Indo Medika International, Jakarta -  Dampak dari salah satu penggunaan teknologi yang semakin canggih adalah kebisingan. Suasana di dalam lingkungan kerja baik di kantor dan pabrik tidak mungkin terlepas dari hingar bingarnya kegiatan produksi dan sosialisasi antar pekerja. lingkungan kerja yang terlampau berisik bisa mengakibatkan situasi yang kontra-produktif, tidak sehat, dan menjengkelkan. Sehingga performa kinerja seseorang akan menurun dan berdampak terhadap kemajuan perusahaan. Bunyi  yang  menimbulkan  kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran  sumber  suara  ini  mengganggu keseimbangan  molekul-molekul  udara  di sekitarnya  sehingga  molekul-molekul  udara ikut  bergetar.  Getaran  sumber  ini menyebabkan  terjadinya  gelombang rambatan  energi  mekanis  dalam  medium udara  menurut  pola  rambatan  longitudinal. Rambatan  gelombang  di  udara  ini  dikenal sebagai  suara  atau  bunyi.

Kebisingan  adalah  semua  suara  yang tidak  dikehendaki  yang  bersumber  dari  alat proses  produksi  atau  alat  kerja  yang  pada tingkat  tertentu  dapat  menimbulkan  gangguan pendengaran. Kebisingan juga dapat diartikan sebagai bunyi  yang  tidak dikehendaki  karena  tidak  sesuai  dengan konteks  ruang  dan  waktu  sehingga  dapat menimbulkan  gangguan  terhadap kenyamanan  dan  kesehatan  manusia.

Sumber  kebisingan  diperoleh  dari  aktifitas  mesin  mesin  yang  beroperasi di industri.  Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak,  maupun  tidak  bergerak. Umumnya sumber kebisingan  dapat  berasal  dari  kegiatan  industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat  pengangkut  dan  kegiatan  rumah  tangga.  Di Industri,  sumber  kebisingan  dapat  di  klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

  1. Mesin

Kebisingan  yang  ditimbulkan  oleh  aktifitas mesin-mesin industri maupun pabrik.

  1. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang  ditimbulkan  akibat gesekan,  benturan  atau ketidakseimbangan  gerakan  bagian  mesin. Terjadi  juga pada  roda  gigi,  batang  torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

  1. Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan  ini  ditimbulkan  akibat  pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain lain (Nasution, 2019)

Sedangkan jenis kebisingan antara lain ialah :

  1. Kebisingan kontinue  dengan  spektrum frekuensi  luas  (steady  state,wide  band noise)  noise   misalnya  suara  yang  di timbulkan oleh kipas angin.
  2. Kebisingan kontinue  dengan  spektrum frekuensi  sempit  (steady  state,  narrow band  noise)  misalnya  suara  yang  di timbulkan oleh gergaji dan katup gas.
  3. Kebisingan terputus putus ( intermiten )  adalah  kebisingan  yang  terjadi  secara terputus-putus atau tidak stabil. Misalnya suara  lalu  lintas atau  suara  kapal  terbang  di lapangan udara.  
  4. Kebisingan impulsif  (  impact  or impulsive  noise )  adalah  kebisingan dimana  waktu  yang  diperlukan  untuk mencapai  puncaknya  tidak  lebih  dari  35 milidetik  dan  waktu  yang  dibutuhkan untuk  menurunkan  intensitas  sampai  20 dB  tidak  lebih  dari  550  Misalnya tembakan atau meriam.
  5. Kebisingan impulsif  berulang  adalah kebisingan  yang  terjadi  berulang  ulang dengan  intensitas  yang  relatif  Misalnya mesin tempa .

Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja, berupa gangguan pada indera pendengaran maupun non pendengaran. Pada indera pendengaran dapat menyebabkan tuli progresif. Awalnya efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja secara terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali. Sedangkan pada gangguan non pendengaran dapat menyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, dan gangguan keseimbangan.

Nilai ambang kebisingan:

Kebisingan di atas 80 dB dapat menyebabkan kegelisahan, tidak enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah. Kebisingan yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan percernaan. Pengaruh kebisingan yang merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah dibuktikan secara statistik dalam beberapa bidang industri (Herawati, 2016).

Salah satu dampak kebisingan yang sangat sering terjadi yaitu masalah gangguan pendengaran. Ada beberapa jenis gangguan pendengaran diantaranya :

  1. Tuli sementara (Temporary Treshold Shift =TTS), diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas   Seseorang  akan  mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan  biasanya  waktu  pemaparan  terlalu  singkat. Apabila  tenaga  kerja  diberikan  waktu  istirahat secara  cukup,  daya  dengarnya  akan  pulih kembali.

 

  1. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS), diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
  • Tingginya level suara
  • Lama paparan
  • Spektrum suara
  • Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar

 

  1. Trauma Akustik : Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran
  2. Prebycusis, adalah penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia. Merupakan gejala yang dialami hampir semua orang, yang ditandai dengan menurunnya daya dengar pada nada tinggi. Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja
  3. Tinitus, merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

Petugas K3 sangat lah berperan penting dalam penanganan kebisingan di lingkungan kerja. Salah satu pengendalian kebisingan yaitu dengan menerapkan langkah awal sampai dengan akhir. Langkah awal yaitu dengan mengidentifikasi area kebisingan kemudian melakukan pengukuran kebisingan (Sound Level Meter) setelah itu menganalisis hasil pengukuran. Dari hasil pengukuran tersebut maka akan muncul beberapa cara pengendalian sesuai dengan hirarki pengendalian.

Megatama Adikarya (Indo Medika International) adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satu pelayanan yang diberikan berkenaan dengan hal ini adalah pelayanan HRA (Health Risk Asessesment), Traning K3 dan Audiometri serta Medical Check Up berbasis K3. Pelatihan Indo Medika International