Pencarian


 

KETERKAITAN ERGONOMI TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN PEKERJA






 

Penyebab dari buruknya penerapan K3 di perusahaan dimulai dari kurangnya kesadaran pengelola industri, penerapan K3 yang membutuhkan dana tambahan hingga kurangnya pengawasan dan evaluasi pemerintah terhadap kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan kerja. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk meningkatkan pengujian K3 dengan Permenaker No. 5 pasal 23 tahun 2018.

Ergonomi yang merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya menserasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, nyaman dan efisien. Dalam hal ini ergonomi juga berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Tujuan ergonomi dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomi dan K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan daan keselamatan kerja tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja. Namun kenyataannya penerapan ergonomi dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih jauh dari yang diharapkan.

Faktor ergonomi dalam kesehatan dan Keselamatan Kerja diproyeksikan untuk menciptakan dan menyesuaikan alat, cara, poses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan manusia untuk menghindari kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja. Namun, perlu diketahui bahwa 3 komponen kerja yang tidak terpisahkan, yakni Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan kerja. Apabila ketiganya selaras akan mencapai lingkungan kerja yang aman dan sehat serta dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

Sering kali perusahaan dalam menjalankan program K3 lebih kepada kuratif dibandingkan program Preventif dan promotif. Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan adalah upaya pencegahan dan promosi agar kesehatan dan keselamatan tenaga kerja lebih baik sehingga mampu bekerja lebih efisien agar produktivitas kerja meningkat. Namun dalam prakteknya petugas kesehatan dan keselamatan kerja jarang berkunjung ke tempat kerja karyawan, sehingga mereka kurang memahami apa yang dilakukan karyawan sehingga tidak mampu memberikan solusi perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Tenaga kesehatan boleh bilang hanya memindahkan poliklinik rumah sakit ke perusahaan. Ini berarti programnya lebih banyak kuratif, kurang memperhatikan langkah-langkah preventif dan promotif. Padahal tindakan preventif dan promotif merupakan program utama dalam upaya meningkatkan efisiensi kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.

PT. Megatama Adikarya (Indo Medika International) adalah salah satu perusahahaan jasa K3 (PJK3). Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan Medical Center (Primary care, Specialist clinic, Diagnostik, Pharmacy), Corporate Occupational Health and Safety Asisstance (OHSMS, COMS, Industrial Hygiene), Medical Assistence (Alarm Center 24/7, Telemedice, Referal, Medical Evacuation), Training (Kemenaker RI, BNSP, Indo Medika International), Medical Equipment and Supplier (Medicine, Medical Equipment, Medical Supplies, PPE).

Dalam memberikan pelayanan Indo Medika International selalu berpegang teguh terhadap paradigma perusahaan “Fit To Work”  yaitu memastikan dan melakukan pelayanan agar pekerja produktif dan fit dalam melakukan pekerjaan. Dalam memberikan pelayanan Indo Medika International lebih menekankan terhadap promotif dan preventif hal ini bertujuan agar pekerja tetap fit dan produktif dalam melakukan pekerjaan.